NETIZEN GALAK

NETIZEN GALAK

Media social seakan menjadi kebutuhan utama setiap orang pada dewasa ini. Kemudahan yang diberikan membuat kita dengan mudah terhubung kepada siapapun begitu cepatnya. Akan tetapi dari media social seakan membentuk budaya baru di masyarakat, terutama masyarakat Indonesia pada umumnya. Mau tidak mau, sering kali kita dihampiri dengan komen-komenan orang yang bernuansa negatif dan cenderung membully secara massif kepada pihak-pihak tertentu. Meskipun sebenarnya kita tidak tahu secara pasti kejadian apa yang sesungguhnya terjadi pada orang tersebut, akan tetapi suatu berita sangat mudah tersebar dan begitu cepatnya. Kecepatan ini lah yang menurut gue seakan mendobrak batas-batas filter informasi yang semestinya dilakukan oleh orang-orang yang menghabiskan waktunya di media social.
Akibat terabaikannya budaya literasi media secara kritis terhadap suatu hal serta orang-orang yang melupakan bagaimana seharusnya informasi itu di konfirmasi kebenarannya, membuat berita hoaks cepat sekali mengakar di media social dan tak jarang informasi yang dikirimkan maupun diterima secara setengah-setengah inilah yang nantinya akan memancing komentar tsadest dari para netizen tercinta. Nah, pernah gak sih kalian bertanya “kenapa ya orang sering kali membully dan cenderung galak di media social?”. Maka dari itu pada artikel kali ini gue akan berbagi kepada kalian mengenai keresahan yang gue alami terhadap fenomena netizen galak yang terus tumbuh di media social, serta mencoba mencari tahu apasih sebenarnya alasan mereka melakukan hal tersebut.

1.       Akun Palsu
Identitas palsu ataupun menggunakan akun palsu menurut gue dapat menjadi salah satu kenapa orang membully secara sadis di media social. Orang yang menggunakan akun palsu biasanya merasa tidak memiliki tanggung jawab lebih terhadap dirinya, karena mereka merasa bahwa identitas asli mereka tidak akan diketahui oleh khalayak umum sehingga komentar atau tindakan sadis bullying yang mereka lakukan di media social tidak akan berdampak apapun terhadap citra diri mereka di dunia nyata.

2.       Banyak Waktu Luang
“Gabut” istilah jaman sekarang yang ditujukan untuk mereka-mereka yang tidak mengetahui akan mengerjakan sesuatu hal dalam jangka waktu yang lama. Waktu luang yang cukup lama tersebut membuat mereka mencoba mencari kesibukan, meskipun kesibukan yang mereka temukan cenderung bolak-balik social media dan mengomentari secara sadis hal-hal yang mereka anggap salah. Alasan gue memasukkan gabut disini adalah karena ketika seseorang memiliki pekerjaan yang cukup padat, mereka tidak akan memiliki waktu untuk melakukan bullying di media social.

3.       Ruang Pribadi
Ruang pribadi maksud gue disini adalah ketika media social menjadi medium kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, kita seolah menganggap bahwa yang terlibat dalam interaksi tersebut hanyalah kita dan mereka (gue dan dia). Meskipun sesungguhnya kita tidak mengenal orang secara langsung, akan tetapi medium komunikasi yang kita gunakan seperti teknologi membuat kita berpikiran memiliki ruang pribadi terhadap orang tersebut sehingga apapun yang kita katakan di media social tentang dia tidak akan bermasalah karena ini hanyalah tentang gue dan dia. Ini adalah mindset yang salah menurut gue, di akhir artikel ini gue akan memberikan opini terkait ruang pribadi ini.

4.       Mencari Perhatian
Orang yang suka mencari perhatian biasanya hidup dan berada pada lingkungan yang cenderung tidak memberikan pengalaman yang bahagia terhadap dirinya. Pengalaman-pengalaman tidak membahagiakan tersebut seperti ketidakharmonisan dalam keluarga, kekerasan, tidak diterima oleh lingkungan, dan kurangnya perhatian yang diterima. Ketika seseorang tidak mendapatkan perhatian yang cukup membuat dirinya menjadi orang yang haus akan perhatian sehingga ia cenderung melakukan hal apapun agar dirinya bisa diperhatikan. Akan tetapi tindakan yang ia lakukan untuk mencari perhatian malah terkadang merugikan orang lain, yang mana ia berpikiran bahwa dengan membully orang lain dapat membuatnya diakui dan diperhatikan. Namun tak jarang orang yang membully tersebut cenderung menggunakan media social internet untuk melakukan aksinya, dikarenakan beberapa faktor yang telah gue sebutin sebelumnya.

    Itulah tadi asumsi-asumsi gue mengenai beberapa faktor yang menjadi alasan orang mau melakukan bullying secara sadis di media social. Hal yang ingin gue sampein disini adalah terkait dengan ruang pribadi tadi. Meskipun terkadang kita memiliki pemikiran adanya ruang pribadi antara kita dengan orang yang terbully tersebut, mestinya pemikiran seperti itu hendaknya kita batasi. Karena ketika kita menggunakan social media, orang yang terlibat dalam interaksi tersebut bukanlah hanya kita dan mereka (gue dan dia). Akan tetapi banyak orang juga bisa terlibat dalam dalam interaksi di media social tersebut, sehingga ketika kita menulis tentang komentar-komentar negatif maka secara tidak langsung sebenarnya kita seperti memberikan stimulus terhadap orang lain untuk memberikan komentar negatif serupa dan hal inilah yang nantinya bisa memicu komentar negatif secara massif terhadap pihak-pihak tertentu.
    Maka dari itu, menurut gue ketika kita ingin memberitahu, mengomentari dan mengkritisi suatu pihak di media social hendaknya disampaikan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di kehidupan nyata. Karena ketika kita menuliskan komentar-komentar kritis dengan nuansa yang positif, setidaknya kita telah menstimulus beberapa orang untuk mengomentari suatu pihak dengan komentar-komentar yang sopan, tidak membully, dan positif juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGURANGI EFEK KECANDUAN TERHADAP GAME

GADGET DAN DAMPAK BURUK YANG DIBAWANYA